A. Sejarah Tahun Baru Masehi

masehi

Seiring dengan waktu, tak terasa kita akan memasuki tahun baru 2015. Umumnya dalam rangka menyambut pergantian waktu, berbagai ragam dan cara dilakukan, mulai dengan cara meniup terompet, pesta kembang api, menghadiri tempat wisata , berfoya-foya dan ada juga mengikuti hawa nafsu dengan lawan jenis dsb. Islam memiliki pandangan sendiri tentang perayaan Tahun Baru Masehi milik umat Nasrani itu. Berikut beberapa hal yang berkatian dengan peringatan Tahun Baru Masehi :

A. Sejarah Tahun Baru Masehi

Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM (sebelum masehi). Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.Dari sini kita dapat menyaksikan bahwa perayaan tahun baru dimulai dari orang-orang kafir dan sama sekali bukan dari Islam. Perayaan tahun baru terjadi pada pergantian tahun kalender Gregorian yang sejak dulu telah dirayakan oleh orang-orang kafir.

B. Alasan Larangan Merayakan Tahun Baru Masehi, antara lain :

  1. Merayakan tahun baru masehi berarti, berarti mengikuti kebiasan orang yahudi dan nasrani atau Tasyabuh, perbuatan yang dilarang dalam ajaran Islam . Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.”(HR. Abu Dawud, Ahmad dan dishahihkan Ibnu Hibban. Ibnu Taimiyah menyebutkannya dalam kitabnya Al-Iqtidha’ dan Fatawanya. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 2831 dan 6149). Ibnu Taimiyah rahimahullaah menyebutkan, bahwa menyerupai orang-orang kafir merupakan salah satu sebab utama hilangnya (asingnya syi’ar) agama dan syariat Allah, dan munculnya kekafiran dan kemaksiatan. Sebagaimana melestarikan sunnah dan syariat para nabi menjadi pokok utama setiap kebaikan. (Lihat: Al-Iqtidha’: 1/314).
  2. Sikap boros merupakan salah satu sikap perbuatan syetan. Merayakan hari raya dengan cara foya-foya, menghamburkan uang untuk membeli sesuatu yang mubazir ( petasan ), mengunjungi tempat hiburan merupakan perbuatan yang sia-sia. Hanya sebatas mengikuti hawa nafsu. Padahal suatu saat nanti, manusia pasti akan diminta pertanggungjawaban mengenai harta.
  3. Begadang dan berkumpul ditempat hiburan hingga larut malam, dapat melalaikan kepada Allah SWT. Apalagi dibarengi dengan perbuatan maksiat lainnnya, seperti pacaran dan perzinahan dikalangan remaja. Bukankah Allah SWT menciptakan malam agar manusia dapat beristirahat dan bermunajat doa kepada-Nya. Bukan untuk melakukan perbuatan yang sia-sia.

Sebagaian ulama ada yang berpendapat :

  • Apabila ada yang merayakan tahun baru masehi dalam rangka bersyukur kepada Allah SWT dan menginstropeksi diri kita , apa apa saja yang telah kita lakukan pada tahun lalu , kesalahan apa saja yang telah kita buat lalu kita memperbaikinya di tahun yang akan datang . Lalu diniatkan malam tahun baru untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan melakukan shalat tahajud pada malam pergantian tahun. Tanpa ikut larut serta dalam keramaian tahun baru. Hal ini boleh saja dilakukan.

Hanya saja bukankah ” Allah SWT telah menyuruh kepada manusia untuk intropeksi, berzikir , bersyukur, beribadah pada setiap waktu dan dimanapun kita berada. Dan Islam dengan jelas, telah menjelaskan tata cara bersyukur yang sesuai dengan ajaran Allah SWT , sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW “. Kita sebagai seorang muslim yang beriman hendaknya mengikuti apa-apa yang telah ditetapkan dalam Islam dan menjauhi larangannya. Wallahua’lam

Untuk lebih jelasnya bisa dibaca ……….. di sini ………. !

A. Seja

valentineHari Valentine atau Valentine’s Day atau Hari Kasih Sayang, yang dirayakan pada tanggal 14 Februari merupakan suatu hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya, khususnya di dunia barat. Banyak versi asal-muasalnya perayaan ini. Salah satunya berawal pada tanggal 14 Februari 270 M, St. Valentine dibunuh karena pertentangannya dengan penguasa Romawi pada waktu itu, Raja Claudius II (268 – 270 M). Untuk mengagungkan dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cobaan hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai ‘upacara keagamaan’.

Tetapi sejak abad 16 M, ‘upacara keagamaan’ tersebut mulai beransur-ansur hilang dan berubah menjadi ‘perayaan bukan keagamaan’. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut “Lupercalia” yang jatuh pada tanggal 15 Februari. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur. Bahkan kalau mau dirunut ke belakang, sejarahnya berasal hari upacara ritual agama Romawi kuno, adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day.

-baca selengkapnya->

Muharam adalah bulan yang sangat bersejarah buat ummat Islam sedunia. Karena di samping bulan Muharam sebagai bulan pertama tahun Hijriyah, bulan Muharam juga menyimpan banyak sekali peristiwa bersejarah. Di antaranya adalah tenggelamnya raja Fir’aun dan anak buahnya di Laut Merah, hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah serta masih banyak lagi peristiwa bersejarah lainnya. Bulan Muharam adalah bulan yang sangat agung, di dalamnya terkandung makna dan keutamaan hakiki dalam rangka proses pembentukan pribadi-pribadi muslim. Itulah makanya salah satu kegiatan yang dianjurkan untuk berpuasa sunah pada bulan tersebut.

Seiring perkembangan jaman, banyak fenomena penyebab keterpurukan umat islam yang terjadi sekarang ini, di antaranya, bergesernya nilai-nilai agama dan budaya dari umat Islam saat ini. Pergeseran nilai-nilai agama dan budaya yang dimaksud adalah perubahan perilaku sebagian besar umat islam dalam memperlakukan acara keagamaan dan kebudayaan yang sangat jauh berbeda antara generasi terdahulu dan generasi sekarang. Generasi terdahulu merayakan acara keagamaan dan kebudayaan dengan begitu sakral yang sangat dihormati.  Generasi sekarang mengganti nilai-nilai keagamaan itu dengan mengadopsi budaya dari luar yang tak terfilter, contoh yang paling menonjol sekarang adalah peringatan tahun baru yang sangat mengagungkan tahun baru Masehi atau tahun baru miladiyah dan merayakannya dengan kegiatan-kegiatan yang sejatinya bertentangan dengan ajaran Islam, seperti minum minuman keras, hura-hura, serta berbagai kegiatan lain yang sama merupakan produk kebudayaan barat. Dalam pada itu sebaliknya peringatan tahun baru Islam atau tahun baru Hijriah saat ini mulai ditinggalkan oleh umat Islam itu sendiri. Bulan Muharam hampir semakin tidak bermakna, bahkan ironisnya, hanya segelintir orang yang tahu kapan dan apa faedah bulan Muharam tersebut.

Atas dasar itulah kami dari PHBI DKM Masjid Al-Ikhlash dan Sie Pemuda RW 07 / RW 10 Sindang Sari, mencoba untuk merevitalisasi kembali kaidah-kaidah dan esensitas Muharam dalam proses pembentukan keperibadian Muslim, melalui sebuah kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan berupa

  1. Pembacaan Doa Awal / Akhir Tahun
  2. Pengajian Umum Malam 1 Muharram 1437 H
  3. Pengajian Kaum Bapaka / Remaja Putra
  4. Pengajian Kaum Ibu / Remaja Putri
  5. Kegiatan Lomba ( Kaligrafi, LCC Pend. Agama dll )
  6. Kegiatan Khitanan Masal dan Santunan bagi anak-anak yatim piatu.

Kami berharap,  acara Pekan Muharam ini sebagai wadah silaturrahami dalam memperkuat Ukhuwah Islamiyah demi terwujudnya Muslim yang taat pada Allah SWT. Semoga saja kita termasuk orang yang sudah berjuang dan  berbuat yang terbaik untuk agama dan bangsa tercinta.

Untuk contoh Proposal Kegiatan Muharram dapat dilihat …. disini ……

dzulhijah-cropBulan dzulhijah, sebagaimana bulan ramadhan memiliki beberapa keutamaan didalamnya. Rasulullah SAW telah bersabda ” Dua bulan untuk hari raya tidak berkurang keduanya, Ramadhan dan Dzulhijah ( H.R.Muslim ). Begitu pula pada hari pertama pada bulan Dzulhijjah memiliki keutamaan yang besar. Disebutkan dalam al-Quran: “Demi fajar, dan demi malam yang sepuluh.” (QS al-Fajr [89]: 1-2). Imam Ibnu Katsir menjelaskan makna yang dimaksud dari “dan demi malam yang sepuluh” adalah sepuluh hari pada Dzulhijjah. Sebagaimana dikatakan Ibnu Abbas, Ibnu al-Zubeir, Mujahid, dan lebih dari satu kalangan salaf dan khalaf. Ada juga yang mengatakan maksudnya adalah sepuluh hari awal Muharram, ada juga ulama yang memaknai sepuluh hari awal Ramadhan. Namun yang benar adalah pendapat yang pertama, yakni sepuluh awal bulan Dzulhijjah. (Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, 8/390). Oleh karenanya, ada beberapa amalan sunnah yang dapat kita lakukan dalam mengagungkan bulan dzulhijah ini, diantaranya

Melaksanakan Ibadah Haji ke Baitullah

Amal ini adalah amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain sabda Nabi `: “Umrah (yang pertama) kepada umrah yang berikutnya sebagai kaffarat (penghapus) bagi (dosa) yang dilakukan di antara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada balasan baginya, melainkan surga.” (HR Malik, al-Bukhari, Muslim, al-Tirmidzi, al-Nasâi dan Ibnu Majah, lihat Shahih al-Targhîb, no. 1096. )

-baca selengkapnya->

langitIsra Mi’raj merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam yang harus kita ketahui kejadiannya, agar kita dapat mengambil hikmah atau pembelajaran didalamnya. Dalam peristiwa Isra, Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan “diberangkatkan oleh Allah SWT’ dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi’raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu. Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Firman Allah SWT :Al Isra 1

  • Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad SAW) pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al-Isra’ : 1).

An Najm-crop

  • Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad SAW) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul Muntaha) ada syurga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu selubung. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (Q.S. An-Najm:13-18).

Ayat-ayat itu mengisahkan tentang peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Isra’ adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Palestina. Mi’raj adalah perjalanan dari masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha. Sidratul muntaha secara harfiah berarti ‘tumbuhan sidrah yang tak terlampaui’, suatu perlambang batas yang tak ada manusia atau makhluk lainnya bisa mengetahui lebih jauh lagi. Hanya Allah yang tahu hal-hal yang lebih jauh dari batas itu. Sedikit sekali penjelasan dalam Al-Qur’an dan hadits yang menerangkan apa, di mana, dan bagaimana sidratul muntaha itu.

-baca selengkapnya->

Memaknai Maulid Nabi Muhammad SAW

muhammad

Maulid nabi berasal dari bahasa arab مولد النبي – mawlid an-nabī yang berarti lahir atau kelahiran nabi, dalam hal ini nabi Muhammad SAW. Pada tanggal 12 rabiul awal dalam penanggalan tahun hijriyah. Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat islam jauh setelah nabi muhammad wafat. Dengan kata lain peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tidak pernah dilakukan semasa beliau masih hidup. Peringatan maulid nabi ini umumnya dilakukan sebagai wujud kegembiraan, kecintaan dan penghormatan atas Nabi Muhammad SAW.

Menurut suatu pendapat, perayaan maulid nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said Al Qakburi, seorang gubernur Irbil di Irak , pada masa pemerintahan Sultan Salahudin Al Ayyubi (1138-1193). Meskipun ada yang berpendapat bahwa idenya justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya diadakan peringatan maulid nabi pada waktu itu adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada nabi muhammad saw, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam perang salib melawan pasukan kristen eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerussalem dan sekitarnya.

Adapun masyarakat muslim di indonesia umumnya menyambut maulid nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair barzanji dan pengajian umum . Dalam penanggalan jawa bulan rabiul awal disebut dengan disebut bulan mulud. Sehinga dikenallah dalam masyarakat kita istilah “Muludan”.


Pandangan ulama terhadap maulid ini ada dua pendapat
(lebih…)

A. Sejarah Tahun Baru Masehi

masehi

Seiring dengan waktu, tak terasa kita akan memasuki tahun baru 2015. Umumnya dalam rangka menyambut pergantian waktu, berbagai ragam dan cara dilakukan, mulai dengan cara meniup terompet, pesta kembang api, menghadiri tempat wisata , berfoya-foya dan ada juga mengikuti hawa nafsu dengan lawan jenis dsb. Islam memiliki pandangan sendiri tentang perayaan Tahun Baru Masehi milik umat Nasrani itu. Berikut beberapa hal yang berkatian dengan peringatan Tahun Baru Masehi :

A. Sejarah Tahun Baru Masehi

Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM (sebelum masehi). Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.Dari sini kita dapat menyaksikan bahwa perayaan tahun baru dimulai dari orang-orang kafir dan sama sekali bukan dari Islam. Perayaan tahun baru terjadi pada pergantian tahun kalender Gregorian yang sejak dulu telah dirayakan oleh orang-orang kafir.

-baca selengkapnya->

Muharam adalah bulan yang sangat bersejarah buat ummat Islam sedunia. Karena di samping bulan Muharam sebagai bulan pertama tahun Hijriyah, bulan Muharam juga menyimpan banyak sekali peristiwa bersejarah. Di antaranya adalah tenggelamnya raja Fir’aun dan anak buahnya di Laut Merah, hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah serta masih banyak lagi peristiwa bersejarah lainnya. Bulan Muharam adalah bulan yang sangat agung, di dalamnya terkandung makna dan keutamaan hakiki dalam rangka proses pembentukan pribadi-pribadi muslim. Itulah makanya salah satu kegiatan yang dianjurkan untuk berpuasa sunah pada bulan tersebut.

Seiring perkembangan jaman, banyak fenomena penyebab keterpurukan umat islam yang terjadi sekarang ini, di antaranya, bergesernya nilai-nilai agama dan budaya dari umat Islam saat ini. Pergeseran nilai-nilai agama dan budaya yang dimaksud adalah perubahan perilaku sebagian besar umat islam dalam memperlakukan acara keagamaan dan kebudayaan yang sangat jauh berbeda antara generasi terdahulu dan generasi sekarang. Generasi terdahulu merayakan acara keagamaan dan kebudayaan dengan begitu sakral yang sangat dihormati.  Generasi sekarang mengganti nilai-nilai keagamaan itu dengan mengadopsi budaya dari luar yang tak terfilter, contoh yang paling menonjol sekarang adalah peringatan tahun baru yang sangat mengagungkan tahun baru Masehi atau tahun baru miladiyah dan merayakannya dengan kegiatan-kegiatan yang sejatinya bertentangan dengan ajaran Islam, seperti minum minuman keras, hura-hura, serta berbagai kegiatan lain yang sama merupakan produk kebudayaan barat. Dalam pada itu sebaliknya peringatan tahun baru Islam atau tahun baru Hijriah saat ini mulai ditinggalkan oleh umat Islam itu sendiri. Bulan Muharam hampir semakin tidak bermakna, bahkan ironisnya, hanya segelintir orang yang tahu kapan dan apa faedah bulan Muharam tersebut.

Atas dasar itulah kami dari DKM Masjid Al-Ikhlash, mencoba untuk merevitalisasi kembali kaidah-kaidah dan esensitas Muharam dalam proses pembentukan keperibadian Muslim, melalui sebuah kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan berupa

  1. Pembacaan Doa Awal / Akhir Tahun
  2. Pengajian Umum Mala 1 Muharram 1436 H
  3. Pengajian Kaum Bapaka / Remaja Putra
  4. Pengajian Kaum Ibu / Remaja Putri
  5. Kegiatan Khitanan Masal dan Santunan bagi anak-anak yatim piatu.

Kami berharap,  acara Pekan Muharam ini sebagai wadah silaturrahami dalam memperkuat Ukhuwah Islamiyah demi terwujudnya Muslim yang taat pada Allah SWT. Semoga saja kita termasuk orang yang sudah berjuang dan  berbuat yang terbaik untuk agama dan bangsa tercinta.

A. Puasa ‘Asyura

Hari ‘Asyura atau 10 Muharram adalah hari yang agung, pada hari tersebut Allah menyelamatkan nabi Musa dan Harun ‘alaihimas salam dan Bani Israil dari pengejaran Fir’aun dan bala tentaranya di Laut Merah. Untuk mensyukuri nikmat yang agung tersebut, kaum Yahudi diperintahkan untuk melaksanakan shaum ‘Asyura.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله عَنْهُمَا، قَالَ: قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِينَةَ فَرَأَى اليَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: «مَا هَذَا؟»، قَالُوا: هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى الله بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ، فَصَامَهُ مُوسَى، قَالَ: «فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ»، فَصَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

  • Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Nabi shallallalhu ‘alaihi wa salam tiba di Madinah, maka beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa hari ‘Asyura. Beliau bertanya kepada mereka: “Ada apa ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah hari yang baik. Pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka. Maka Nabi Musa berpuasa pada hari ini.” Nabi shallallalhu ‘alaihi wa salam bersabda, “Saya lebih layak dengan nabi Musa dibandingkan kalian.” Maka beliau berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan para shahabat untuk berpuasa ‘Asura.”(HR. Bukhari no. 2204 dan Muslim no. 1130)

Kaum musyrik Quraisy sendiri juga telah melaksanakan shaum ‘Asyura pada zaman jahiliyah. Mereka menganggap hari tersebut adalah hari yang agung sehingga mereka melakukan penggantian kain Ka’bah (kiswah) pada hari tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam juga telah melakukan puasa ‘Asyura sejak sebelum diangkat menjadi nabi sampai saat beliau berhijrah ke Madinah. Hal ini mengindikasikan, wallahu a’lam, puasa ‘Asyura diwarisi oleh kaum Quraisy dari ajaran nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimas salam.

(lebih…)

Bulan Dzulhijah adalah bulan yang penuh dengan kesucian dan kebajikan (hikmah). Didalamnya terdapat beberapa peristiwa penting dan kewajiban utama bagi umat Islam. Diantaranya adalah pelaksanaan ibadah haji dan penyembelihan hewan qurban bagi orang yang beriman dan mampu. Termasuk didalamnya peringatan hari raya Idul Adha. Pada setiap hari raya Idul Adha kita senantiasa dingatkan pada peristiwa besar tentang pengorbanan hamba Allah yaitu Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Dimana keduanya telah membuktikan ketaatan dan kecintaannya kepada Allah SWT di atas segala-galanya. Keduanya dengan lapang dada dan keikhlasan mampu menunaikan perintah Allah SWT, meskipun harus mengorbankan sesuatu yang paling dicintainya.

Selain dilakukan dengan keikhlasan dan kelapang hati, menjalankan ibadah kepada Allah hendaknya kita juga lakukan dalam rangka bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Nikmat Allah yang telah diberikan kepada manusia tiada terbatas dan dapat tidak dapat di ukur dengan materi. Hanya dengan cara melakasanakan ibadah kepada-Nya, kita dapat membalas karunia / nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.

Alhamdulillah pada tahun ini, DKM Al Ikhlas Sindang Sari telah mengadakan kegiatan pemotongan hewan Qurban yang dilaksanakan hari Minggu, 5 Oktober 2014. Jumlah hewan yang dipotong pada tahun ini sebanyak 18 ekor kambing. Bagi mereka yang telah berqurban, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal saleh / ibadah, sedangkan bagi mereka yang belum berqurban mudah-mudahan tahun yang akan datang dimudahkan rezekinya. Amin.